So, today's moodbooster is my google
Aku buka laptop-buka edge-connect the internet from my phone-then type google.com on the address bar and...voila!
Thank you so much, dear Google.
30.1.18
18.4.16
Menjadi Kesmas itu Sulit
Mungkin akhirnya aku mengerti kenapa gak banyak orang memilih kesehatan masyarakat sebagai impian kuliah mereka, cita-cita mereka.
Jadi anak kesehatan masyarakat gak segampang itu. Gak segampang yang diomongin.
"Kalian cuma belajar masyarakat, gak belajar individu secara satu-satu."
Oke kita belajar masyarakat. Tapi apa belajar tentang masyarakat seperti belajar individu? Kita belajar masyarakat harus bisa menggeneralisir suatu keadaan. Kalo ada satu orang yang punya kasus beda kita bakal sedih banget gak bisa bantu kasus beda ini.
Kita mungkin hanya belajar cara mencegah. Tapi tahukah kamu bahwa memberitahu masyarakat umum untuk menghindari penyakit ini dan itu, lebih mudah daripada kamu berkata soal langkah konkretnya.
Aku, memberi tahu keluargaku untuk menghindari kanker paru paru jauh lebih mudah daripada memberi tahu mereka untuk berhenti merokok.
Menghimbau mereka untuk menghindari diabetes jauh lebih mudah daripada menghimbau mereka untuk mengurangi konsumsi gula dan berolahraga.
Dan gak semua yang kita beritahu akan ditanggapi secara positif. Gak sedikit dari keluargaku yang malah berkata
"Kita kan sudah hidup bertahun-tahun dengan kehidupan seperti ini. Kalo ada perubahan malah kita bakal sakit."
Sebegitu sedihnya aku mendengar itu sampai aku berani mempermalukan diriku di depan mereka.
Masih banyak yang harus dipelajari. Hidup tidak sesulit itu. Masih banyak orang lain yang bisa dihimbau dengan respon positif. Kalaupun negatif, pasti ada cara untuk membuat seseorang lebih peduli dengan kesehatannya dan lingkungannya.
Semoga kesehatan masyarakat bisa bertahan hingga 20-100 tahun lagi. Jayalah di masa depan.
11.4.16
Gula
Gula. Kalo denger kata gula yang terbayang pasti manis. Entah gula yang warna merah atau yang putih. Atau yang halus atau yang cair. Semuanya manis.
Begitu juga kalo udah dibilang gula darah. Kebayangnya di dalam darah ada satu bagian manis yang membentuk substansi darah. Manis.
Tapi gak bakal manis jadinya kalo lo kena diabetes. Atau yang biasa disebut orang "gula darahnya tinggi" atau "kencing manis".
Belum sampe materi diabetes. Tapi otak ini udah mikir gimana caranya biar gak kena "penyakit gula". Parno banget jadinya.
Sebenernya karena keturunan juga sih. Eyang (nenek dari pihak ibu) mengidap diabetes. Diabetesnya kemudian memperparah penyakit sirosis hatinya hingga almarhumah meninggal tahun 2008. Ibu juga sekarang sedang sakit, walau aku gak tau sakit apa tapi aku tau ibu bawa keturunan penyakit gula and it can hurt her someday.
Then, me. Aku harus hentikan rantai berbahaya ini kalo gak mau anakku ikut menderita. Tubuh anakku akan terbentuk dari darahku. Jika darahku isinya gula, so then him/her. Atau kalo gak sekarang ya bisa nanti.
Intinya sih whatever you do, you have to control your sugar intake.
Jadi sejak beberapa bulan yang lalu aku mulai melihat komposisi, dan mengecek kadar gula di setiap tabel Informasi Nilai Gizi. Gak sulit kok, paling bikin kesel kasir aja soalnya lama banget di depan kulkas.
Keep healthy!
Pesan untuk Hari Kesehatan Dunia 7 April 2016
3.4.16
Kenapa Kita Harus Kembali?
Banyak yang bilang gini :
"Gue mau ke luar (negeri) aja nanti kerjanya"
"Gue kayaknya S2 di luar (negeri) deh"
"Benci banget gue sama Indonesia, negaranya gak maju-maju!"
"Orang Indonesia sampis"
"Gue mau pindah kewarganegaraan aja"
Aku terhenyak. Aku gak bisa ngomong apa-apa. Untuk satu-dua menit kok aku masih merasa ada yang janggal dari kata-kata itu, dan kenyataannya memang begitu. Memang kata-kata itu janggal banget. Tapi menurut teori gunung es, kejadian ini gak cuma terjadi sama beberapa kepala aja. Kamu cuma ngeliat bagian surfacenya aja, gak tau kan dibagian yang lebih besar ada berapa banyak orang yang (notabenenya) gak mau kembali ke negerinya? Padahal sekarang masih bergantung sama negeri sendiri?
Berapa banyak orang yang bilang gak mau kembali ke negara sendiri padahal dia terjebak di negeri sendiri pada akhirnya? who knows? Hari ini kamu boleh ngeluh yang banyak tentang seberapa buruknya Indonesia, tentang seberapa buruknya pemerintah, tentang seberapa bencinya kamu sama kemiskinan di Indonesia. Tapi ketika Indonesia menciptakan prestasi di kancah dunia, Apa kamu masih pantas berbangga hati? Apa ketika batik-batik kita dirampas, kamu masih berhak mengenakannya?
Hari ini aku melihat berita tentang Ujian Nasional SMA. Dalam berita disebutkan bahwa sekolah-sekolah yang ada di daerah mengirimkan surat kepada PLN agar tidak melakukan pemadaman listrik ketika ujian berlangsung. Then i think "Ini UN guys. Ini menentukan kelulusan mereka. Kalo sampe ada pemadaman listrik tiba-tiba, anda menghancurkan masa depan mereka, secara tidak langsung." Segitu dibutuhkannya listrik sama siswa-siswi SMA yang mau ujian. Kalo besok beberapa dari mereka mengatakan salah satu quotation di atas, kayaknya SKHUN nya harus dicabut.
Betapa kurang ajarnya seorang anak yang udah dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang oleh orang tuanya, kemudian pergi dan bekerja, menikmati hidupnya sendiri dan melupakan orang tuanya. Ketika emosi memuncak dia bisa bilang "Gue benci sama orang tua gue" tapi ketika butuh, akan kembali ke pelukan mereka yang penuh kehangatan. Intinya sama. Saat ini kamu benci, kesel, gemes, gondok sama kondisi Indonesia. Tapi ingatkah dimana kamu lahir? dimana kamu dibesarkan? dimana kamu belajar naik sepeda untuk pertama kalinya? dimana sekolahmu? Apa kamu sanggup membayar semua yang negara ini berikan kepadamu?
Then this is what should i say :
A : "Gue mau ke luar (negeri) aja nanti kerjanya"
Me : "Ketika kamu punya modal lebih, tolong investasikan di negeri kita."
B : "Gue kayaknya S2 di luar (negeri) deh"
Me : "Kalo udah lulus, kembalilah kemari"
C : "Benci banget gue sama Indonesia. Negaranya gak maju-maju!"
Me : "Kamu adalah harapan bagi negerimu. Jadikanlah ia negara yang lebih berkembang dari sebelumnya"
D : "Orang Indonesia sampis"
Me : "Kamu akan lihat di luar, lebih banyak lagi orang yang se-sampis Indonesia"
E : "Gue mau pindah kewarganegaraan aja"
Me : "Ya, ya. As you pleased. Tapi tolong abis ini jangan buang hajatmu kepada bumi Indonesia lagi"
Haha enjoy your Monday!
"Gue mau ke luar (negeri) aja nanti kerjanya"
"Gue kayaknya S2 di luar (negeri) deh"
"Benci banget gue sama Indonesia, negaranya gak maju-maju!"
"Orang Indonesia sampis"
"Gue mau pindah kewarganegaraan aja"
Aku terhenyak. Aku gak bisa ngomong apa-apa. Untuk satu-dua menit kok aku masih merasa ada yang janggal dari kata-kata itu, dan kenyataannya memang begitu. Memang kata-kata itu janggal banget. Tapi menurut teori gunung es, kejadian ini gak cuma terjadi sama beberapa kepala aja. Kamu cuma ngeliat bagian surfacenya aja, gak tau kan dibagian yang lebih besar ada berapa banyak orang yang (notabenenya) gak mau kembali ke negerinya? Padahal sekarang masih bergantung sama negeri sendiri?
Berapa banyak orang yang bilang gak mau kembali ke negara sendiri padahal dia terjebak di negeri sendiri pada akhirnya? who knows? Hari ini kamu boleh ngeluh yang banyak tentang seberapa buruknya Indonesia, tentang seberapa buruknya pemerintah, tentang seberapa bencinya kamu sama kemiskinan di Indonesia. Tapi ketika Indonesia menciptakan prestasi di kancah dunia, Apa kamu masih pantas berbangga hati? Apa ketika batik-batik kita dirampas, kamu masih berhak mengenakannya?
Hari ini aku melihat berita tentang Ujian Nasional SMA. Dalam berita disebutkan bahwa sekolah-sekolah yang ada di daerah mengirimkan surat kepada PLN agar tidak melakukan pemadaman listrik ketika ujian berlangsung. Then i think "Ini UN guys. Ini menentukan kelulusan mereka. Kalo sampe ada pemadaman listrik tiba-tiba, anda menghancurkan masa depan mereka, secara tidak langsung." Segitu dibutuhkannya listrik sama siswa-siswi SMA yang mau ujian. Kalo besok beberapa dari mereka mengatakan salah satu quotation di atas, kayaknya SKHUN nya harus dicabut.
Betapa kurang ajarnya seorang anak yang udah dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang oleh orang tuanya, kemudian pergi dan bekerja, menikmati hidupnya sendiri dan melupakan orang tuanya. Ketika emosi memuncak dia bisa bilang "Gue benci sama orang tua gue" tapi ketika butuh, akan kembali ke pelukan mereka yang penuh kehangatan. Intinya sama. Saat ini kamu benci, kesel, gemes, gondok sama kondisi Indonesia. Tapi ingatkah dimana kamu lahir? dimana kamu dibesarkan? dimana kamu belajar naik sepeda untuk pertama kalinya? dimana sekolahmu? Apa kamu sanggup membayar semua yang negara ini berikan kepadamu?
Then this is what should i say :
A : "Gue mau ke luar (negeri) aja nanti kerjanya"
Me : "Ketika kamu punya modal lebih, tolong investasikan di negeri kita."
B : "Gue kayaknya S2 di luar (negeri) deh"
Me : "Kalo udah lulus, kembalilah kemari"
C : "Benci banget gue sama Indonesia. Negaranya gak maju-maju!"
Me : "Kamu adalah harapan bagi negerimu. Jadikanlah ia negara yang lebih berkembang dari sebelumnya"
D : "Orang Indonesia sampis"
Me : "Kamu akan lihat di luar, lebih banyak lagi orang yang se-sampis Indonesia"
E : "Gue mau pindah kewarganegaraan aja"
Me : "Ya, ya. As you pleased. Tapi tolong abis ini jangan buang hajatmu kepada bumi Indonesia lagi"
Haha enjoy your Monday!
30.1.16
Birthday : Just Another Normal Day
Amazing!
Pagi ini sudah ada 3 ucapan. Dari mama, dari enci dan dari twitter. The three things i will never forget :)
Momen nambah tua udah bukan momen kaya dulu. Pas SD, kita diguyur rame-rame, diceplokin telor rame-rame, ditepungin rame-rame, terus digoreng. Walaupun mirisnya gue gak pernah dikasi surprise macam gitu, padahal tiap ulang tahun gue bawa baju ganti ke sekolah. Ternyata trend kaya begitu cuma angkatan gue doang yang ngerasain. Karena saking hebatnya, dari SD sampe SMP masih ada juga yang melakukan hal semacam itu. Sampe ngotorin sekolah, intinya. Bisa bersyukur aja sih gak pernah pulang dalam keadaan siap goreng.
Waktu SMA, trend nya udah beda lagi. Di kelas gue sendiri, biasanya dikerjain dulu, baru dikasi kue ulang tahun dan kado. Dan yang lebih parah biasanya kalo cowo bakal diceburin ke kolam di lapangan sekolah //duh jadi kangen SMA// . Kalo udah gitu dia bakal diliatin sama seluruh anak di sekolah pas jam pulang sekolah. Malu tjoy. Kecuali yang rasa malunya udah pada padam //lalala
Beda lagi pas kuliah. Walaupun gue baru setahun kuliah, rasanya udah gak ada tuh ritual disiram, diceplokin dan ditepungin. Apalagi ritual ceburin ke kolam. Mau diceburin ke danau UI?
Akhirnya sebagai gantinya banyak yang mempopulerkan ulang tahun temen-temennya ke media sosial. Nyepamin grup dengan foto foto editan yang lagi derp dan nyepam di timeline dengan foto yang sama. Cukup kreatif. Dan ngeselin. Untung bukan gue yang digituin wkwk yah walaupun gak pernah juga dapet kaya gitu selama kuliah.
1. Hari ulang tahun sebenernya hari yang biasa. Dia bakal ngikutin hari dimana ia menumpang. Misalnya hari ini hari Minggu. Kalo dikodein sama temen :
Temen : Ciee hari ini hari apa ya?
Gue : Hari... minggu
Jawablah sepolos-polosnya. Biar lo gak kena traktir orang.
2. Hari ulang tahun itu identik dengan kue dan lilin. Menurut gue sih kue itu jaman sekarang sudah tergantikan sama sambalado, dan lilin sudah tergantikan dengan lampu. Jadi? pikir aja sendiri
3. Hari ulang tahun identik dengan kado dan traktiran. Berpeganglah pada prinsip ini :
"Siapa yang mau ngasi traktiran kalo gak ada kado?"
Dan dompet anda akan selamat
4. Hari ulang tahun, sama seperti hari spesial lainnya. Misalnya hari ibu. Nolongin ibu bukan cuma pas hari ibu doang harusnya, tapi setiap hari. Sama kaya ulang tahun. Baik-baikin temen dan doain temen bukan cuma pas hari ulang tahun doang harusnya, tapi tiap hari.
Tapi btw. Gue cukup bersyukur setiap ulang tahun, ada aja yang nambah. Waktu gue kelas satu dan dua gue belum inget ulang tahun gue ngapain. Sedangkan waktu kelas tiga mama ngajak makan di boloo-boloo. Nambah ingatan. Waktu gue kelas 3 SMP sahabat gue di SMP mau ngerjain gue dengan cara bikin gue nangis, dan gue nangis dipaksakan, tapi kemudian mereka ngasi kado. Nambah bahagia. Waktu gue kelas 1 SMA, gue jadi petugas upacara. Nambah pengalaman. 3 SMA, temen-temen sekelas ngasi surprise dengan dikerjain dulu, trus ngasi cupcakes. Nambah kenyang. Pas kuliah, semester 4, sahabat gue ngasi voice note jam 12 tepat, dan itu spesial banget. Mama ngasi doa pagi-pagi abis sholat subuh, dan Twitter ngasi balon banyak. Alhamdulillah, nambah kebahagiaan :)
Semoga ulang tahunmu menyenangkan!
Pagi ini sudah ada 3 ucapan. Dari mama, dari enci dan dari twitter. The three things i will never forget :)
Momen nambah tua udah bukan momen kaya dulu. Pas SD, kita diguyur rame-rame, diceplokin telor rame-rame, ditepungin rame-rame, terus digoreng. Walaupun mirisnya gue gak pernah dikasi surprise macam gitu, padahal tiap ulang tahun gue bawa baju ganti ke sekolah. Ternyata trend kaya begitu cuma angkatan gue doang yang ngerasain. Karena saking hebatnya, dari SD sampe SMP masih ada juga yang melakukan hal semacam itu. Sampe ngotorin sekolah, intinya. Bisa bersyukur aja sih gak pernah pulang dalam keadaan siap goreng.
Waktu SMA, trend nya udah beda lagi. Di kelas gue sendiri, biasanya dikerjain dulu, baru dikasi kue ulang tahun dan kado. Dan yang lebih parah biasanya kalo cowo bakal diceburin ke kolam di lapangan sekolah //duh jadi kangen SMA// . Kalo udah gitu dia bakal diliatin sama seluruh anak di sekolah pas jam pulang sekolah. Malu tjoy. Kecuali yang rasa malunya udah pada padam //lalala
Beda lagi pas kuliah. Walaupun gue baru setahun kuliah, rasanya udah gak ada tuh ritual disiram, diceplokin dan ditepungin. Apalagi ritual ceburin ke kolam. Mau diceburin ke danau UI?
Akhirnya sebagai gantinya banyak yang mempopulerkan ulang tahun temen-temennya ke media sosial. Nyepamin grup dengan foto foto editan yang lagi derp dan nyepam di timeline dengan foto yang sama. Cukup kreatif. Dan ngeselin. Untung bukan gue yang digituin wkwk yah walaupun gak pernah juga dapet kaya gitu selama kuliah.
1. Hari ulang tahun sebenernya hari yang biasa. Dia bakal ngikutin hari dimana ia menumpang. Misalnya hari ini hari Minggu. Kalo dikodein sama temen :
Temen : Ciee hari ini hari apa ya?
Gue : Hari... minggu
Jawablah sepolos-polosnya. Biar lo gak kena traktir orang.
2. Hari ulang tahun itu identik dengan kue dan lilin. Menurut gue sih kue itu jaman sekarang sudah tergantikan sama sambalado, dan lilin sudah tergantikan dengan lampu. Jadi? pikir aja sendiri
3. Hari ulang tahun identik dengan kado dan traktiran. Berpeganglah pada prinsip ini :
"Siapa yang mau ngasi traktiran kalo gak ada kado?"
Dan dompet anda akan selamat
4. Hari ulang tahun, sama seperti hari spesial lainnya. Misalnya hari ibu. Nolongin ibu bukan cuma pas hari ibu doang harusnya, tapi setiap hari. Sama kaya ulang tahun. Baik-baikin temen dan doain temen bukan cuma pas hari ulang tahun doang harusnya, tapi tiap hari.
Tapi btw. Gue cukup bersyukur setiap ulang tahun, ada aja yang nambah. Waktu gue kelas satu dan dua gue belum inget ulang tahun gue ngapain. Sedangkan waktu kelas tiga mama ngajak makan di boloo-boloo. Nambah ingatan. Waktu gue kelas 3 SMP sahabat gue di SMP mau ngerjain gue dengan cara bikin gue nangis, dan gue nangis dipaksakan, tapi kemudian mereka ngasi kado. Nambah bahagia. Waktu gue kelas 1 SMA, gue jadi petugas upacara. Nambah pengalaman. 3 SMA, temen-temen sekelas ngasi surprise dengan dikerjain dulu, trus ngasi cupcakes. Nambah kenyang. Pas kuliah, semester 4, sahabat gue ngasi voice note jam 12 tepat, dan itu spesial banget. Mama ngasi doa pagi-pagi abis sholat subuh, dan Twitter ngasi balon banyak. Alhamdulillah, nambah kebahagiaan :)
Semoga ulang tahunmu menyenangkan!
12.9.15
Viola Family
Haven't i told you?
Hehe gue diterima di FKM. Fakultas Kebanyakan Muslimah. Gak deng, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Iya, jurusan paling standar dan mayoritas yang ada di FKM. Kampus mana? Noh kampus yang paling deket dari rumah sampe-sampe saking deketnya ampe gak bisa ngekost. Cerita lengkap diterima nya ada di postingan sebelum ini.
Okay! Gue udah janji sama Gagas kalo gue masuk UI gue harus masuk Mahawaditra. Orkestra nya UI gitu lah. Maka dari itu pas hari Display UKM gue tanpa ragu daftarin diri, dapet brosur, formulir dan kwitansi. Berarti gue tinggal ikut wawancara dan jika Allah mengizinkan ya gue bisa masuk...
Jadi hari itu pada suatu hari Sabtu yang tenang selesai tes EPT sekitar jam 3-an gue ke stasiun Pocin sendirian naik kereta trus naik bajaj sendirian ke Balai Mahasiswa Salemba. Disitu gue masuk dan.....awkward. Peserta banyak trus gue minder hahaha.
Gue langsung ke meja registrasi trus ngasi kwitansi dan form. Abis itu gue disuruh nunggu sampe akhirnya....dipanggil ke tes yang pertama. Berdebar jantungku *halah* saat berjalan menuju tempat tes nya~
Tes pertama adalah tes ritme dan nada. Seinget gue yang ngetest gue saat itu adalah kak Satya, violin. Tes nada nya gak terlalu ribet yang gue ngulang terus malah yang ritme karena memang basic ritme gue jelek banget hahaha. Ada juga tes istilah musik, alhamdulillah 8/10 berhasil gue jawab :')
Tes kedua adalah tes hearing. Pas ini gue ke BM bawah dan ketemu kak Hesti yang sering gue liat di konser-konsernya Mahawaditra. Bersama dengan kak Gitta. Disitu ada keyboard dan gue disuruh ngikutin ritme dan nada dari apa yang gue denger. Disitu agak sulit karena pendengaran gue agak buruk memang..
Tes ketiga adalah wawancara. Disini semuanya bener bener NGASAL sumpah apa yang gue temuin di otak gue jadiin jawaban gak ngerti lagi lah sama tes wawancara ini bodo amat banget lah tes wawancara gue nilainya E kali -_-
Dan akhirnya gue timbul di masa menunggu lagi. Masa menunggu ini emang ngeselin, kaya digantungin gitu loh. Gak jelas gimana nasibnya dan gak jelas juga kapan kelarnya ini masa menunggu dan pengumuman muncul sekitar sebulan/beberapa minggu setelah seleksi.
Dan tiba-tiba temen gue anak FKM yang temennya ikut seleksi dan mengetahui bahwa gue ikut seleksi ngechat gue dan bilang "SINAAA SELAMAT YAA LO DITERIMAAA"
Dan gue kaget dan gue panik jadi gue langsung buka laptop tanpa mempedulikan chatnya selanjutnya...
*Buka web Mahawaditra*
*Cek bagian Membership*
*Mencari nama gue di bagian Violin*
*Gak nemu*
*Scroll ke bawah*
*Menemukan nama gue di bagian Viola*
Viola...
Viola...
Viola...
Ini gak salah? Salah kali nih...
Awalnya gue sangat gak ikhlas masuk ke instrumen Viola...
Bahkan pas pertemuan pertama gue gak dateng, karena ada acara lain sih
Pas pertemuan kedua gue cuma dengerin materi sambil terus mengeluh "Kenapa sih Viola?" Harusnya Violin kali. Pokoknya karena gue waktu itu Viola sendirian gue jadi ga punya temen latihan and dont know what to do. Bad day banget parah hari Sabtu. Gue tetap mensyukuri lah walau gak ikhlas (namanya bukan mensyukuri ya?).
.
.
.
.
.
Setahun setelah postingan yang terakhir di atas itu, gue menyadari bahwa gue beruntung menjadi pemain viola disini. Gue bakal menjabarkan mengapa dan bagaimana gue bisa bilang kaya gitu.
1. Pemain viola itu Jarang
RARE! JARANG!
Ibarat kata pemain violin:viola itu seperti pasir:garam. Banyakan pasirnya kan daripada garamnya? apa tebalik? bodo lah. Tapi yang mau belajar, yang mau main, yang cinta banget sama viola itu sedikit, men. Lo beruntung banget kalo mau jadi pemain viola karena tiap ada job yang selalu dicari itu pemain viola! Pemain viola itu jarang ada bro, lo bakal dibutuhin banget. Dan gue suka rasanya dibutuhin hehe
2. Pemain viola itu gak kedengeran
Jadi bodo amat kalo ada yang salah
Jadi bodo amat kalo ada yang miss
Jadi bodo amat kalo gak main
eng
gak juga sih...tapi lo gak terlalu peduli lah sama role viola di orkestra, karena kita jarang megang sebagai main role atau melodi. Yaa walaupun sama ko mike, everything will be listened carefully. Love you ko mike :')
Tapi kemudian kami sadar pemain viola harus main bagus. Karena ketika kami main bagus, kami disuruh bermain lebih keras dan itu berarti keberadaan kami semakin dianggap. Dan gue suka rasanya dianggap hehe
3. Pemain Viola itu satu keluarga
Yap, ini yang bikin postingan setahun yang lalu masih bertahan disini. Bahkan judul postingannya gue ganti dari "Mahawaditra 2014" menjadi "Viola Family".
Ini bener-bener bikin bahagia. Kita punya keluarga sendiri. Punya komunitas sendiri. Punya grup yang isinya foto kita berempat dan punya bahasan yang cuma kita sendiri yang ngerti. Punya principal yang keibuan kaya kak Hesti, punya bapak kaya kak Chris, punya kakak kaya Made, punya sister kaya Pipi. Kita bertahan selama setahun dan udah deket banget. Momen paling membahagiakan itu pas kita jalan ke Salemba berempat. Gue, Kak Chris, Kak Hesti dan Made pake mobilnya kak Chris. Kita jalan, becanda bareng, nyanyi-nyanyi bareeng, ngobrol bareng dan foto-foto bareng. Moment yang memorable juga adalah pas di Sydney buat AIMF 2015, kita foto-foto kemana-mana bareng, di SOH, di Town Hall, di Conservatorium, bahkan pas OSUI dapat silver medal, kita foto berempat pake medalnya. Unforgettable memories. Dan sebentar lagi kita bakal dapet anggota keluarga baru, yang bakal kita hug biar gak lepas dari Viola. Semoga mereka betah...
Hehe gue diterima di FKM. Fakultas Kebanyakan Muslimah. Gak deng, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Iya, jurusan paling standar dan mayoritas yang ada di FKM. Kampus mana? Noh kampus yang paling deket dari rumah sampe-sampe saking deketnya ampe gak bisa ngekost. Cerita lengkap diterima nya ada di postingan sebelum ini.
Okay! Gue udah janji sama Gagas kalo gue masuk UI gue harus masuk Mahawaditra. Orkestra nya UI gitu lah. Maka dari itu pas hari Display UKM gue tanpa ragu daftarin diri, dapet brosur, formulir dan kwitansi. Berarti gue tinggal ikut wawancara dan jika Allah mengizinkan ya gue bisa masuk...
Jadi hari itu pada suatu hari Sabtu yang tenang selesai tes EPT sekitar jam 3-an gue ke stasiun Pocin sendirian naik kereta trus naik bajaj sendirian ke Balai Mahasiswa Salemba. Disitu gue masuk dan.....awkward. Peserta banyak trus gue minder hahaha.
Gue langsung ke meja registrasi trus ngasi kwitansi dan form. Abis itu gue disuruh nunggu sampe akhirnya....dipanggil ke tes yang pertama. Berdebar jantungku *halah* saat berjalan menuju tempat tes nya~
Tes pertama adalah tes ritme dan nada. Seinget gue yang ngetest gue saat itu adalah kak Satya, violin. Tes nada nya gak terlalu ribet yang gue ngulang terus malah yang ritme karena memang basic ritme gue jelek banget hahaha. Ada juga tes istilah musik, alhamdulillah 8/10 berhasil gue jawab :')
Tes kedua adalah tes hearing. Pas ini gue ke BM bawah dan ketemu kak Hesti yang sering gue liat di konser-konsernya Mahawaditra. Bersama dengan kak Gitta. Disitu ada keyboard dan gue disuruh ngikutin ritme dan nada dari apa yang gue denger. Disitu agak sulit karena pendengaran gue agak buruk memang..
Tes ketiga adalah wawancara. Disini semuanya bener bener NGASAL sumpah apa yang gue temuin di otak gue jadiin jawaban gak ngerti lagi lah sama tes wawancara ini bodo amat banget lah tes wawancara gue nilainya E kali -_-
Dan akhirnya gue timbul di masa menunggu lagi. Masa menunggu ini emang ngeselin, kaya digantungin gitu loh. Gak jelas gimana nasibnya dan gak jelas juga kapan kelarnya ini masa menunggu dan pengumuman muncul sekitar sebulan/beberapa minggu setelah seleksi.
Dan tiba-tiba temen gue anak FKM yang temennya ikut seleksi dan mengetahui bahwa gue ikut seleksi ngechat gue dan bilang "SINAAA SELAMAT YAA LO DITERIMAAA"
Dan gue kaget dan gue panik jadi gue langsung buka laptop tanpa mempedulikan chatnya selanjutnya...
*Buka web Mahawaditra*
*Cek bagian Membership*
*Mencari nama gue di bagian Violin*
*Gak nemu*
*Scroll ke bawah*
*Menemukan nama gue di bagian Viola*
Viola...
Viola...
Viola...
Ini gak salah? Salah kali nih...
Awalnya gue sangat gak ikhlas masuk ke instrumen Viola...
Bahkan pas pertemuan pertama gue gak dateng, karena ada acara lain sih
Pas pertemuan kedua gue cuma dengerin materi sambil terus mengeluh "Kenapa sih Viola?" Harusnya Violin kali. Pokoknya karena gue waktu itu Viola sendirian gue jadi ga punya temen latihan and dont know what to do. Bad day banget parah hari Sabtu. Gue tetap mensyukuri lah walau gak ikhlas (namanya bukan mensyukuri ya?).
.
.
.
.
.
Setahun setelah postingan yang terakhir di atas itu, gue menyadari bahwa gue beruntung menjadi pemain viola disini. Gue bakal menjabarkan mengapa dan bagaimana gue bisa bilang kaya gitu.
1. Pemain viola itu Jarang
RARE! JARANG!
Ibarat kata pemain violin:viola itu seperti pasir:garam. Banyakan pasirnya kan daripada garamnya? apa tebalik? bodo lah. Tapi yang mau belajar, yang mau main, yang cinta banget sama viola itu sedikit, men. Lo beruntung banget kalo mau jadi pemain viola karena tiap ada job yang selalu dicari itu pemain viola! Pemain viola itu jarang ada bro, lo bakal dibutuhin banget. Dan gue suka rasanya dibutuhin hehe
2. Pemain viola itu gak kedengeran
Jadi bodo amat kalo ada yang salah
Jadi bodo amat kalo ada yang miss
Jadi bodo amat kalo gak main
eng
gak juga sih...tapi lo gak terlalu peduli lah sama role viola di orkestra, karena kita jarang megang sebagai main role atau melodi. Yaa walaupun sama ko mike, everything will be listened carefully. Love you ko mike :')
Tapi kemudian kami sadar pemain viola harus main bagus. Karena ketika kami main bagus, kami disuruh bermain lebih keras dan itu berarti keberadaan kami semakin dianggap. Dan gue suka rasanya dianggap hehe
3. Pemain Viola itu satu keluarga
Yap, ini yang bikin postingan setahun yang lalu masih bertahan disini. Bahkan judul postingannya gue ganti dari "Mahawaditra 2014" menjadi "Viola Family".
Ini bener-bener bikin bahagia. Kita punya keluarga sendiri. Punya komunitas sendiri. Punya grup yang isinya foto kita berempat dan punya bahasan yang cuma kita sendiri yang ngerti. Punya principal yang keibuan kaya kak Hesti, punya bapak kaya kak Chris, punya kakak kaya Made, punya sister kaya Pipi. Kita bertahan selama setahun dan udah deket banget. Momen paling membahagiakan itu pas kita jalan ke Salemba berempat. Gue, Kak Chris, Kak Hesti dan Made pake mobilnya kak Chris. Kita jalan, becanda bareng, nyanyi-nyanyi bareeng, ngobrol bareng dan foto-foto bareng. Moment yang memorable juga adalah pas di Sydney buat AIMF 2015, kita foto-foto kemana-mana bareng, di SOH, di Town Hall, di Conservatorium, bahkan pas OSUI dapat silver medal, kita foto berempat pake medalnya. Unforgettable memories. Dan sebentar lagi kita bakal dapet anggota keluarga baru, yang bakal kita hug biar gak lepas dari Viola. Semoga mereka betah...
18.4.15
Non-Kacamata
Halo! Sudah lama tidak jumpa. Apa kabar?
Seneng banget dikasi kesempatan buat nulis lagi alhamdulillah :')
Oke sekarang gue lagi gak pake kacamata dan mencoba untuk nulis curhatan gue tentang 'non-kacamata'
Jadi ceritanya kemaren gue abis main Rosamunde Overture yang super-panjang dan super-super-tak-dapat-dikalahkan tanpa menggunakan kacamata. Ini terlalu amazing buat dilakukan. Masalahnya pas sesi foto sebelum naik stage, gue lepas kacamata. Parah, ceroboh banget coba. Akhirnya dengan super-kelupaan gue naik ke stage dan baru sadar kalo lupa kacamata itu pas liat partitur. Ah...
"Kak, gue lupa bawa kacamata."
"Lah trus gimana?" Kata kak Chris
"Yaudah gue main yg gue apal aja deh."
"Bowingnya aja lu samain."
"Iyadeh."
Dan akhirnya gue main hanya dengan ingatan gue dan partitur yang jauh dari mata. Nyiksa banget seriusan. Udah kecil, jauh, berderet dan banyak pula. Ini merusak mata banget.
Seneng banget dikasi kesempatan buat nulis lagi alhamdulillah :')
Oke sekarang gue lagi gak pake kacamata dan mencoba untuk nulis curhatan gue tentang 'non-kacamata'
Jadi ceritanya kemaren gue abis main Rosamunde Overture yang super-panjang dan super-super-tak-dapat-dikalahkan tanpa menggunakan kacamata. Ini terlalu amazing buat dilakukan. Masalahnya pas sesi foto sebelum naik stage, gue lepas kacamata. Parah, ceroboh banget coba. Akhirnya dengan super-kelupaan gue naik ke stage dan baru sadar kalo lupa kacamata itu pas liat partitur. Ah...
"Kak, gue lupa bawa kacamata."
"Lah trus gimana?" Kata kak Chris
"Yaudah gue main yg gue apal aja deh."
"Bowingnya aja lu samain."
"Iyadeh."
Dan akhirnya gue main hanya dengan ingatan gue dan partitur yang jauh dari mata. Nyiksa banget seriusan. Udah kecil, jauh, berderet dan banyak pula. Ini merusak mata banget.
Langganan:
Postingan (Atom)